22 June 2007

INTERMEZZO

JANGAN ANGGAP REMEH UANG RECEH

 
Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 652/XIII
Kalau saya anggap bahwa sebagian besar dari Anda pada saat ini masih mencicil rumah, maka sangat mungkin sekali bahwa cicilan rumah yang Anda bayar menghabiskan sekitar 30 persen dari penghasilan keluarga Anda.
Bila Anda membaca tulisan di NOVA beberapa nomor yang lalu bahwa Anda sebaiknya menabung sebelum membayar biaya hidup Anda, maka sangat mungkin pula Anda sekarang mulai melakukannya. Apa yang Anda tabung? Mungkin saja untuk pendidikan anak Anda kelak. Apakah mungkin Anda menabung sekitar 15 persen dari penghasilan Anda untuk pendidikan anak Anda kelak? Ya, sangat mungkin sekali.
Apa lagi pengeluaran yang mungkin ada? Ah, ya. Sangat mungkin sekali Anda juga membayar premi asuransi. Entah itu asuransi jiwa, kesehatan, atau kerugian (untuk rumah dan mobil Anda). Bisa saja Anda menghabiskan sekitar 20 persen dari penghasilan Anda untuk membayar asuransi-asuransi itu. CUMA "UANG RECEH"?

Sekarang mari kita berhitung. Dengan perkiraan kondisi seperti di atas, maka total pengeluaran Anda kemungkinan akan seperti di bawah ini.
UANG MASUKPenghasilan : 100 persen
UANG KELUAR Cicilan Hutang : 30 persen Tabungan Rutin : 15 persen Premi Asuransi : 20 persen Total : 65 persen dari penghasilan
Ini berarti, sebelum Anda sempat belanja kebutuhan hidup sehari-hari, atau sepasang sepatu atau pakaian, atau biaya transportasi sehari-hari, dan sebelum Anda membayar kebutuhan rekreasi, sekitar 65 persen dari penghasilan Anda sudah berkurang.
Dengan jumlah sisa penghasilan keluarga yang hanya 35 persen, Anda memutuskan untuk pergi makan ke restoran fast food. Sekali makan menghabiskan sepuluh ribu rupiah. "Ah... enggak ada masalah," begitu pikir Anda. Toh cuma sepuluh ribu ini.
Setelah mengeluarkan jumlah uang yang cukup besar untuk membayar cicilan rumah, menabung buat anak, dan membayar premi asuransi, apa bedanya keluar uang sepuluh ribu untuk makan di restoran? Toh itu cuma "uang receh" kata Anda. BEDANYA BANYAK SEKALI!
Betul. Kalau Anda keluar uang sepuluh ribu rupiah setiap hari untuk makan di restoran, atau beli cokelat, bahkan beli majalah atau apa pun, maka dalam duapuluh tahun saja Anda akan keluar uang Rp 206 juta! Itu dengan asumsi bahwa setiap tahun harga-harga naik sebesar 10 persen per tahun. Bayangkan, itu adalah jumlah "uang receh" yang Anda keluarkan setiap hari.
Karena itu, saran saya kali ini adalah: jangan meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil yang Anda lakukan setiap hari, sekecil apa pun. Tetap kendalikan pengeluaran dalam keluarga Anda. Kalau Anda mencicil rumah, mobil, atau menabung secara rutin untuk anak Anda setiap bulan, Anda tentunya tidak mengontrol pengeluaran tersebut setiap hari.
Tapi untuk pengeluaran-pengeluaran lainnya, maka biasanya Anda lakukan setiap hari. Karena itu, tidak ada salahnya jika pengontrolan terhadap pengeluaran-pengeluaran kecil itu juga dilakukan setiap hari.
Saya tidak menyarankan Anda untuk berhenti makan di restoran. Saya juga tidak menyarankan Anda untuk tidak membeli majalah, beli cokelat atau apa pun. Yang saya sarankan untuk Anda adalah agar Anda mengendalikan pengeluaran-pengeluaran kecil Anda. Karena bila Anda tidak mengendalikannya, maka Anda sendirilah yang akan rugi karena Anda akan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk hal-hal yang belum tentu penting.
Nah, setiap kali Anda datang ke supermarket, restoran, toko baju, atau apa pun itu, tanyakan kepada diri Anda pertanyaan sebagai berikut: apakah pengeluaran yang saya lakukan ini akan membantu saya mencapai tujuan-tujuan keuangan saya?

4 comments:

Anonymous said...

em.. bener banget. mesti banyak perhitungan sebelum ngapa2in ^_^

btw, pa kbr pak?? masih inget ma murid yg satu ini??

Anonymous said...

Wah Keren Buanget..........












Ho....Ho......Ho.......





How I am?


IAM X-3

AGUS SUHENDI said...

Tentu saja masih ingat.

AGUS SUHENDI said...

Thank's