3 Jenis Manusia Dalam Kisah Bencana Alam
Gempa Bumi Dan Tsunami.
(Yang diceritakan Oleh Burung Garuda)
Ketiga jenis manusia itu adalah :
1. Jenis manusia yang ahli bekerja, tak banyak bicara, dan bukan ahli pikir.
2. Jenis manusia yang ahli berfikir, kemampuan bicaranya biasa saja dan bukan ahli bekerja.
3. Jenis manusia yang ahli bicara, kemampuan bicaranya biasa saja dan bukan ahli bekerja.
Burung Garuda menceritakan pada teman – temannya, bahwa :
Jenis manusia pertama, karena merasa keahliannya hanya bekerja mengandalkan tenaga, dia bekerja bersama teman-temannya menolong korban gempa bumi dan tsunami semampu dia. Banyak sudah nyawa yang mereka selamatkan, banyak korban yang sakit mereka berikan pertolongan pertama sekedarnya atau mereka bawa bawa kerumah sakit untuk diobati. Banyak korban yang kelaparan, kedinginan, tak punya tempat berteduh, mereka berikan makanan sekedarnya, pakaian dan selimut sekedarnya, dan tempat berteduh sekedarnya, yang berasal dari para dermawan yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk menolong korban bencana alam gempa bumi dan tsunami.
Sementara itu jenis manusia yang kedua, karena satu dan lain hal mereka merasa tidak mungkin terjunlangsung menolng korban ditempat kejadian, dan bahkan sebagian dari pada mereka tidak mempunyai kemampuan untuk terjun langsung ketempat kejadian, dia bersama teman-temannya berfikir bagaimana menyelamatkan korban ini secara lebih cepat, lebih manusiawi. Mereka memikirkan bagaimana caranya menggalang dana dan menyalurkannya. Menghilangkan rasa sedih dan traumatic yang korban bencana alam rasakan. Mereka memikirkan, bagaimana kelanjutan hidup korban selanjutnya setelah semua ini berakhir, sebab kampung mereka rata dengan tanah. Memikirkan dana dan tempat untuk perumahan mereka, infrastrukturnya dan lain-lainya.
Disisi lain jenis manusia ketiga yang keahliannya berbicara, dia berbicara dimana saja tentang kejadian bencana alam ini. Banyak korban yang berjatuhan, kota dan kampung mereka yang rata dengan tanah, akses jalan menuju tempat kejadian terputus. Banyaknya nyawa yang melayang, yang tak punya tempat untuk berteduh, yang kelaparan, yang sakit. Dia bersama teman-temannya berusaha menginformasikan situasi dan kondisi ditempat kejadian bencana alam, dengan harapan, mengetuk hati orang agar membantu secara bersama-sama bergotong-royong , bahu-membahu menolong korban bencana alam semampu mereka.
Burung Garuda menceritakan lebih lanjut,
Diantara jenis manusia ketiga ini ada jenis manusia yang kepandaiannya berbicaranya mengagumkan sehingga disukai orang, kalau berbicara sangat memukau. Sehingga dia dan teman-temannya sering diundang di berbagai tempat dan media. Pembicaraannya ditunggu-tunggu. Mereka menceritakan keadaan korban bencana alam, bantuan yang terlambat, penanganan korban yang buruk, dana untuk korban bencana yang dikorupsi. Mereka juga menceritakan bantuan makanan dan obat-obatan serta pakaian yang disalurkan pada korban ditangani secara kurang baik. Masyarakat terkesima, terhenyak, tertegun seolah-olah dihadapkan pada kenyataan bahwa begitu buruknya penanganan korban bencana alam, cara pandang masyarakat berubah karena nya. Pembicaraan mereka menimbulkan rasa benci masyarakat kepada manusia jenis pertama dan manuisia jenis kedua.
Sementara itu karena pembicaraan mereka semakin didengar dan ditanggapi oleh masyarakat, meraka semakin sering muncul dimedia cetak, radio ataupun TV. Media massa cetak maupun elektronik memperebutkan mereka agar mau mengisi acara mereka. Mereka menjadi tambah sibuk mengisi acara-acara dimedia masa menceritakan kelemahan penanganan korban bencana alam, semakin sibuk dan semakin bertumpuk uang mereka dari mengisi acara-acara tersebut. Masyarakat yang mendengarkan dengan antusia pembicaraan mereka semakin, semakin dibakar rasa tak sukanya terhadap manusia jenis 1 dan manusia jenis 2.
Sementara itu karena pembicaraan mereka semakin didengar dan ditanggapi oleh masyarakat, meraka semakin sering muncul dimedia cetak, radio ataupun TV. Media massa cetak maupun elektronik memperebutkan mereka agar mau mengisi acara mereka. Mereka menjadi tambah sibuk mengisi acara-acara dimedia masa menceritakan kelemahan penanganan korban bencana alam, semakin sibuk dan semakin bertumpuk uang mereka dari mengisi acara-acara tersebut. Masyarakat yang mendengarkan dengan antusia pembicaraan mereka semakin, semakin dibakar rasa tak sukanya terhadap manusia jenis 1 dan manusia jenis 2.
Mereka asyik berbicara kesana-sini, uang semakin bertambah. Masyarakat yang mendengankan juga asyik membakar rasa bencinya terhadap manusia jenis 1 dan manusia jenis 2, dan ikut membicarakan kelemahan dan ketidak mampuan penanganan korban bencana alam. Semakin larut mereka berada dalam keadaan seperti itu. Sementara itu korban bencana alam tetap bergelimpangan, korban bencana alam masih banyak yang sakit,kelaparan, masih banyak yang menderita.
Burung Garuda berbicara pada anak-anaknya :
Seandainya mereka dari jenis manusia ketiga ini yang asyik dengan pembicaraannya yang menceritakan kelemahan penanganan korban itu, mau turun kelapangan dengan hanya membawa satu bungkus nasi saja, mungkin mungkin satu orang nyawa korban akan terselamatkan.
Burung Garuda mengungkapkan keheranannya pada anak-anaknya :
Kenapa mereka tidak melakukan itu ? Jika tak mau melalkukan itu, diam lebih baik dari pada memperkeruh suasana, yang berakibat suasana lebih sulit dalam penanganan korban gempa bumi.
Ataukah mereka hanya memanfaatkan keadaan ini, agar nama mereka lebih popular dan lebih bertambah poundi-pundi uangnya ?
Burung Garuda berkata, untungnya kita ini, burung, bukan manusia.
oleh :
Agus Suhendi.
No comments:
Post a Comment